Pemrograman

[Pemrograman][bleft]

Keajaiban Al-quran dan Misteri Al-quran pada Bilangan 19

Alquran adalah mu’jizat yang utama yang pernah diberikan kepada seorang Nabiyullah. Diturunkan dalam perantaraan bahasa Arab, di tengah bangsa Arab, salah satu bangsa yang memiliki ikatan primordial paling tinggi di antara suku-suku/ras-ras lainnya di seluruh dunia, seolah Tuhan ingin menunjukkan bahwa jika Islam gagal ditanamkan untuk bangsa Arab pada masa kejahiliyahannya, maka tak usahlah Islam ada untuk selamanya. Sehingga pada musabab berikutnya, pelbagai bangsa terdorong melengkapi kepingan teka-teki dalam Alquran, mempelajari dan memahami bahasa Arab, justru untuk mengikis kesukuan mereka, lantas menyatu hanya dalam satu panji keimanan dan ketaqwaan pada Allah Swt. Seolah mengerti bahwa agama ini merupakan ‘solusi final’ yang melewati batas praduga dan sekat antar bangsa. Mencoba mengerti dan memahami dengan perantaraan bahasa Alquran. Menemukan kesamaan (incommon), yang bahkan melebihi dari apa yang berada dipahami orang komunis. Ikatan dalam buhul Qur’ani mengalir di dalam pembuluh darah manusia, disatukan dalam gen-gen keuluhiyahan. Sehingga ketika ditanyakan, dimanakah Tuhan berada? Katakan, bahwa Tuhan itu dekat, sedekat antara manusia dan pembuluh darahnya sendiri.


Misteristik

Dengan demikian, tuntas sudah tugas Al-Qur’an sebagai wali utama para muji’zat yang pernah diturunkan oleh Allah Swt. Belum pernah ada dalam sejarah keajaiban di dunia, ada yang semisterius, semenarik, penuh tantangan, seperti apa yang digambarkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Kata perkata, ayat perayat, bahkan dalam pengucapannya terdengar melodi indah dalam susunan tangga nada yang rumit. Salah satu misteri kerumitan itu, terletak pada bagaimana kita menghadapi angka 19 dalam Al-Qur’an.

Dalam Al-Qur’an terdapat 9 surat yang memiliki lebih dari 128 ayat. Dari 9 Surat tersebut, hanya 19 ayat yang adalah kelipatan dari 128 atau 129. Penjumlahan dari 19 ayat tesebut adalah 2698 (19 x 142). Angka 2698 bukanlah sembarang angka. Kata Allah dalam bahasa Arab, disebutkan sebanyak 2698 kali.

Mungkinkah itu sebuah kebetulan? Atau hasil rekayasa digital dari abad ke – 6 masehi? Padahal. Struktur digital 114 surah dalam Al-Qur’an itu bisa dihafal oleh para penghafal Al-Qur’an, bahkan dibaca dengan suara mengalun dengan tujuh macam gaya yang disebut qiraah as-sab’ah.

Tapi, bagaimana menjelaskan angka 19, atau paduan angka satu dengan sembilan (1.9)? Jika Kita bisa meng-coding bilangan biner (1 dan 0) dalam komputer, Al-Qur’an di-coding dengan bilangan 1.9. Keduanya adalah bilangan primer, yang tidak bisa dibagi kecuali dengan dirinya sendiri. Berbeda dengan konsep kebanyakan filsafat bumi yang mengacu pada angka 12 (12 bulan, 12 untuk selusin, 12 Shio China, 12 zodiak, dan kemudahan bagi rata dalam bilangan 12), Al-Qur’an memberikan angka 1.9.

Disinilah keunikan itu terjadi. 114 surat itu, merupakan hasil dari 6 x 19 = 114. Uniknya, 619, merupakan deret bilangan prima yang ke 114 (1, 3, 5,… 619 dideret selama 114 kali). Terakhir, kalimat Wahdahuu la syarikalahu (Tuhan Maha Satu tidak Bisa di duakan), secara gematris memiliki nilai 619, dan secara semantis memilki arti prima –bukankah bilangan prima merupakan bilangan yang tidak boleh di syirkah (di duakan atau dibagi dua). Belum lagi makna tersirat, tentang mengapa bilangan ganjil ini, menjadi keutamaan dan tolak utama dari Iman Islam. Nyata sudah bahwa Iman Islam disusun dari bilangan Prima pada deret ke-114. Dan bilangan prima menempati posisi istimewa dalam susunan ini.

Bukan itu saja, pada tahun 1999 para ilmuwan telah menemukan elemen ke- 114 dalam tabel periodik elemen kimia dengan fraksi paling kecil yang sangat dinamis. Para ilmuwan sepakat akan sangat sulit lagi untuk menemukan bilangan atom selanjutnya. Dengan demikian, secara kauniyah alam telah menjelaskan keberpihakannya kepada agama Allah.

Rahasia 19

Untuk benar-benar mengapresiasi mukjizat terakhir (Al-Qur’an) ini, kita harus memulainya dengan awal turunnya wahyu Al-Qur’an. Kita mengetahui bahwa Al-Qur’an seperti yang ada sekarang ini, mengikuti aturan penomoran “tradisional” yang disusun berdasarkan instruksi langsung dari Nabi Muhammad sebelum beliau wafat. Meskipun demikian Al-Qur’an tidak diturunkan dengan urutan seperti itu. Urutan berdasarkan waktu atau “kronologi”-nya berbeda. Keseluruhan isi Al-Qur’an diwahyukan kepada Muhammad sedikit demi sedikit, menurut kebutuhan Muhammad waktu itu.

Pada waktu wahyu pertama turun, Nabi Muhammad diperintahkan malaikat Jibril untuk membaca “Iqra”. Pada kunjungan Jibril yang pertama dia menerima 5 ayat dari Surat Al-Alaq, yang sekarang berada diurutan ke-96 dalam kitab suci Al-Qur’an. Tuhan telah memilihnya untuk menjadi utusan-Nya. Akan tetapi bagi Muhammad, dia tidak menerima upacara pelantikan atau pengangkatannya. Beliau tidak siap menerima kejutan itu. Dia bergegas pulang untuk menemui istrinya tercinta guna mendapatkan ketenangan dan dukungan. Dia merasa bingung dan tak terkendali.

Setelah kejutan awalnya berlalu, dia merenungkan pesan yang diterimanya dan munculah perasaan dan kerinduan untuk menerima lebih dari itu. Masa penantian ini berlangsung lama. Mulailah orang menggunjingkannya dan orang orang menyindir bahwa Muhammad sudah “Gila atau kesurupan.” Untuk menaggapi tuduhan ini, pada kunjungan Jibril yang kedua, Muhammad menerima 9 ayat lain yang sekarang berada pada urutan surat ke-68 yang dikenal sebagai surat Al-Qalam. “Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.” (QS. 68 : 2).

Selanjutnya Jibril melakukan kunjungannya yang ketiga yaitu ketika Muhammad menerima 10 ayat pertama dari surat Muzzamil yang merupakan surat ke-73 dari Al-Qur’an. Pada kunjungan yang keempat, Jibril menyampaikan kepada Nabi kita lebih dari setengah isi Surat Muddatsir, surat ke-74, dari ayat 1 sampai 30 yang diakhiri dengan ayat 30, “Alaiha Tis’ata Asyara”, yang artinya “Di atasnya ada 19”.

Sebelum ayat di atas berbunyi, Allah SWT telah menyampaikan peringatan kerasnya “Aku akan memasukannya ke dalam neraka!” dengan menutup peringatan itu dengan kalimat terakhir “Di atasnya ada Sembilan belas”. Dengan kata lain, jika ada orang yang membuat tuduhan palsu terhadap Nabi Muhammad, dengan mengatakan bahwa Muhammad-lah yang membuat Al-Qur’an, maka orang itu akan mendapatkan di dalamnya ada “Sembilan belas” yang perlu direnungkan. Dia harus memperhitungkan istilah “Sembilan belas.” Lalu apakah yang dimaksud dengan angka sembilan belas tersebut?

Para penafsir dari masa lalu telah membuat perkiraan dengan dugaan-dugaan yang indah mengenai apa sebetulnya “19” itu. Sebagian menafsirkan 19 malaikat yang mengawasi para penduduk neraka. Sementara pendapat lain mengatakan bahwa “19” menunjuk pada 19 kemampuan manusia. Dan penafsir yang lainnya lagi menunjukan pilar-pilar dan perintah utama dalam Islam.

Dengan meneliti susunan kronologis turunnya wahyu Al-Qur’an, kita mendapati bahwa ayat 30 dari Surat Muddatsir (surat 74), “Di atasnya ada Sembilan belas” merupakan ayat terakhir yang diberikan kepada Muhammad melalui malaikat Jibril pada kunjungannya yang keempat. Pada kesempatan ini, Jibril sebagai ganti memberi kepada Muhammad kelanjutan berupa 26 ayat dari surat ini yang membuat surat itu menjadi lengkap, Jibril mulai memerintahkan kepada Muhammad untuk membaca kelanjutan dari surat 96 yang merupakan wahyu pertama. Selanjutnya Muhammad mendapatkan 14 ayat yang lainnya. Pada kunjungan Jibril yang pertama Muhammad menerima hanya 5 ayat yang kemudian dilanjutkan dengan 14 ayat lainnya. Berapa banyak ayat yang membentuk surat itu? “sembilan belas” lah jawabannya. Bagaimana bisa terjadi bahwa segera setelah mengucapkan kata “Sembilan belas” dari wahyu di atas, sebuah surat dengan 19 ayat diturunkan dengan sempurna?

Dan, kelima ayat pertama dari wahyu pertama (Al-Alaq : 1-5) hanya memiliki 19 kata. Itu adalah 19 x 1. Sembilan belas (19) kata itu persis dari 76 huruf yang merupakan kelipatan 19 yakni 19 x 4. Surat ke-96 ini jika kita mulai menghitung balik dari surat terakhir yaitu Surat ke-144 lalu 113, 112 dan 111 dan seterusnya, maka akan diketahui bahwa surat itu adalah Surat ke-19 dari belakang.

Mengapa 19? Apakah karena 19 adalah angka yang mudah? Bukan! Bahkan 19 adalah angka yang sulit. 19 tidak memiliki pembagi. Berbeda dengan angka 18 yang dapat dibagi dengan angka 2, 3, 6, dan 9. Angka 19 tidak bisa dibagi. Ia adalah angka “prima” dalam matematika, dan juga merupakan angka yang unik karena dimulai dengan angka 1 angka terkecil dan diakhiri dengan angka 9 yang merupakan bilangan terbesar dalam system matematika; seakan 19 seperti “alfa dan omega” dalam system matematika kita. Mungkin Muhammad mengetahui table perkalian 19; sementara Einstein pakar matematika tidak mengetahui table perkalian Sembilan belas. Karena apa Muhammad mengetahui table perkalian 19? Tentunya ada sesuatu yang di luar batas kemampuan manusia.

“Bismillahirrahmanirrahim,” hitunglah jumlah hurufnya, persis Sembilan belas (19 x 1 = 19). Kata pertama Ism yang berarti “nama” muncul hanya 19 kali dalam Al-Qur’an (19 x 1 = 19). Kata Allah yang berarti Tuhan muncul dalam Al-Qur’an sebanyak “2698” (19 x 142 = 2698). Lalu kata Arrahman, berapa kali dia muncul? Jawabnya adalah 57 kali (19 x 3 = 57). Bagaimana ini bisa terjadi? Yang jelas, pasti itu merupakan keajaiban atau mukjizat! Kata selanjutnya Arrahim yang berarti “Yang Maha Penyayang.” Berapa kali ia muncul? 144 kali (19 x 6 = 144).

Bagaimana ini bisa terjadi? Sesungguhnya keajaiban ini lebih dari keajaiban biasa. Keajaiban ini di luar jangkauan manusia terlebih Muhammad. Kata terakhir Arrahim “Yang Maha Penyayang” muncul 144 kali, angka yang sama dengan jumlah Surat Al-Qur’an, masing-masing satu untuk setiap surat . Sebagai kitab yang berasal dari Tuhan, tentunya Al-Qur’an memiliki bukti yang menunjukan keaslian atau otentisitasnya.

Ternyata banyak hal-hal luar biasa lainnya, yang tidak semata teriak jihad membabibuta, mengkafirkan sesama muslim, dan saling serang antar keyakinan dalam menjalankan Islam yang tampak dari Islam sendiri. Umat masih saja terjebak dalam syahwat untuk berkelahi. Seolah mereka tidak pernah disekolahkan dan diajar untuk membaca. Padahal surat pertama Alquran itu, perintah untuk membaca dan menulis. Alhamdulillah dari dunia muslim, masih ada Annemarie Schimell, Sachiko Murata, Jeffrey Lang, dan Harun Yahya. Orang ‘azam yang tidak terbagi dalam kelompok-kelompok bagai bilangan prima.

Ini tentulah hanya secuil keajaiban Al-Qur’an. Segudang keajaiban kitab suci wahyu Allah SWT ini belum terpecahkan oleh otak manusia, yang sangat terbatas.

Disarikan dari Mistery Angka 19 dalam Al-Qur’an karya Ahmad Deedat.
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

2 komentar :