Pemrograman

[Pemrograman][bleft]

MENYAMBUT BULAN RAMADHAN 1432H


MENYAMBUT BULAN RAMADHAN 1432H
يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون

183. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS.Al-Baqarah:183)
                Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “telah datang kepadamu Ramadhan, bulan yang penuh berjah. Allah telah mewajibkan atas kamu puasa didalamnya. Didalam bulan puasa dibuka segala pintu langit (pintu syurga) dan ditutup segala pintu neraka dan setan dibelenggu. Didalam bulan ramadhan ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak diberikan kepadanya kebajikan malam itu, maka sungguh ia telah dijauhkan dari kebajikan.”(Shahih al-jami’ush Shaghir wa ziyadatihi, Syaikh Albani, jilid I, hal.72, nomor hadits 55-53, dengan sanad yang shahih).
                Rasulullah saw, telah menginformasikan akan datangnya bulan yang penuh berkah. Bulan ramadhan adalah bulan yang banyak mengandung keberkahan, baik bersifat materi maupun yang bersifat spiritual. Melaksanakan puasa di bulan ramadhan merupakan perwujudan ketaatan seorang hamba terhadap perintah Allah, yang telah memberikan kenikmatan dan karunia yang sangat besar kepada hamba-hambanya yang menunaikan puasa ramadhan dengan ikhlas karena-Nya.
Dibukanya segala pintu langit (pintu syurga) bermakna bahwa amal perbuatan yang baik dalam bulan ramadhan akan dapat mengantarkan pelakunya masuk kedalam syirga. Sedangkan ditutupnya segala pintu neraka bermakna bahwa selama orang-orang yang berpuasa dapat memelihara dirinya dari segala perbuatan keji dan mungkar, dan dapat memelihara lisannya dari berucap kotor dan keji yang dilarang Allah, maka niscaya orang tersebut akan dijauhkan dari siksa neraka. Setan dibelenggu selama bulan ramadhan agar mereka tidak menghalang-halangi umat islam meraih ampunan dan pahala sebanyak mungkin dan tidak menyesatkan seorangoun dari jalan Allah SWT selama bulan ramadhan berlangsung.
Didalam bulan ramadhan uga ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yakni malam Qadar (Lailatul Qadr), sehingga Nabi saw, memperingatikan kepada umatnya bahwa siapa yang mendapatkannya maka ia akan beruntung dan bagi yang tidak mendapatkannya maka ia telah dijauhkan dari kebajikan.
 إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ  

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ


لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ  

سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ   
                Ada beberapa amalan utama yang seharusnya dihidupkan oleh umat islam dalam bulan ramadhan selain berpuasa. Pertama, al-jud, yakni bermurah tangan, memperbanyak shadaqah, dan memberi makanan orang yang berbuka puasa. Al-jud merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan oleh Raulullah saw, dalam bulan ramadhan, sebagaimana sabda beliau saw.: “Seutama-utama shadaqah adalah shadaqah di bulan ramadhan”. (HR.At-Tirmidzi,II/86).
                Rasulullah juga bersabda : “telah berbuka dirumah kalian orang-orang yang berpuasa, dan telah makan makanan kalian orang-orang yang bertaqwa, dan para malaikat telah mendoakan bagi kalian (kepada Allah)”. (HR.Abu Dawud nomor hadits 3356; ad-Darimi nomor hadits 1707; Ahmad nomor hadits 11732 dan 12613). Maksud washallat’alaikumul malaa-ikatu, adalah malaikat mendoakan dan memohonkan ampun untuk orang yang memberi makan orang lain, karena ia telah berbuat baik kepada hamba-hamba Allah yang berpuasa seusai dengan firman-Nya dalam QS. Al-Mukmin:7-9.
                Kedua, Tilawatil Qur’an dan mempelajarinya. Rasulullah saw., bersabda: “...tiada berkumpul suatu kaum dalam masjid untuk membaca dan mempelajari kitabullah (al-Qur’an) melainkan pasti turun kepada mereka ketenangan dan mereka diliputi rahmat dan dikerumuni malaikat dan disebut-sebut oleh Allah didepan para malaikatnya. Dan barang siapa yang yang lambat amal perbuatannya maka tidak dapat dipercepat oleh nasab keturunannya”.(Shahih at-Targhib wa at-tarhib, I/104).
                Rasullah saw., bersabda: “al-Qur’an yang akan menolong dan diterima pertolongannya dan pembela yang dibenarkan. Barang siapa yang menjadikan dia dimukanya, maka ia menuntunnya ke syurga, dan barang siapa yang menjadikan al-Qur’an dibelakangnya, maka ia akan menghalaunya ke neraka.” (Shahih Ibnu Hibbab, I/167, nomor hadits 124).
                Dalam hadits lainnya, Nabi saw., bersabda: “Bacalah al-Qur’an, karena ia akan datang memberi syafaat kepada pembacanya pada hari kiamat nanti. Bacalah az-Zahrawain, yakni surat al-Baqarah dan Ali Imran, karena keduanya akan datang apda hari kiamat seperti dua tumpuk awan menaungi pembacanya atau seperti dua kelompok burung yang sedang terbang dalam formasi hendak membela pembacanya. Bacalah al-Baqarah, karena dengan membacanya memperoleh berkat, dan dengan tidak membacanya berolseh penyesalan, dan pembacanya tidak dapat dikuasai oleh tukang-tukang sihir”. (HR. Muslim nomor Hadits 1337).
                Ketiga, Qiyamu Ramadhan. Qiyamu Ramadhan atau dikenal juga dengan shalat tarawih hukumnya sunat menurut ijma’ ulama. Ada beberapa hadits yang menerangkan keutamaan qiyamu ramadhan ini, sebagaimana Nabi saw,. Bersabda: “Barang siapa yang melaksanakan qiyamu ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala serta ampunan, niscaya diampuni dosa-dosanya yang lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim, dalam al-Lu’lu’ wa al-Marjan, I/145).
                Shalat qiyamu ramadhan atau tarawih ini dianjurkan untuk berjamaah agar menampakkan syi’ar ramadhan sebagaimana telah dilakukan oleh Umar bin Khattab ra., yang mengumpulkan umat islam pada masa kekhalifahan beliau dan menyatukan dibawah Ubay bin Ka’ab dan Tamin ad-Dari (HR. Mailik dalam al-Muwaththa, 1/114-115). Adapun tatabaca shalat qiyamu ramadhan, maka boleh dikerjakan dengan empat rakaat sekali salam atau dua rakaat sekali salam dengan bilangan delapan rakaat qiyamu ramadhan dan tiga rakaat witir sekali salam (HR. Bukhari dan Muslim dari Aisyah dan Jabir ibn Abdillah).
                Rasulullah saw., sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., bahwa beliau saw.,sangat senang menghidupkan malam-malam ramadhan dengan melaksanakan qiyamu ramadhan dengan tidak memaksakannya kepada para sahabat untuk melaksanakannya, dengan sabdanya: “Sesungguhnya Allah mewajibkan atas kamu puasa Ramadhan dan disunatkan melakukan qiyamullail pada bulan suci ini. Barang siapa yang berpuasa dan melaksanakan qiyamullail pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan harapan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari, Muslim, dan lain-lain).
                Abu Hurairah ra., berkata bahwa kemuliaan seorang mukmin itu terletak pada shalat yang ia dirikan ditengah malam, dan kehormatannya terletak pada ketidak ketergantungannya dengan orang lain. Karenanya, sudah selayaknya selaku mukmin untuk selalu mencari kesempatan dan termotivasi dalam menghidupkan malamnya dengan shalat dan membaca al-Qur’an sehingga hatinya menjadi lembut dan meningkat derajat taqwanya kepada Allah SWT.
                Keempat, I’tikaf. Diantara rangkaian ibadah dalam bulan ramadhan yang dapat dipelihara dan sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw., adalah i’tikaf, terutama pada 10 hari yang terakhir. I’tikaf  merupakan sarana muhasabah dan kontemplasi yang sangat efektif bagi seorang muslim dalam memelihara keislamannya ditengah-tengah umat yang semakin rusak pada saat ini. Rasulullah saw.m bersabda: “Barang siapa yang menghidupkan sunnahku disaaat umatku telah rusak, maka baginya pahala seratus syahid”. (HR. Baihaqi).
                I’tikaf  artinya berdiam atau tinggal di masjid dengan adab-adab tertentu, pada masa tertentu dengan niat ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT, Ibnu Hazm berkata:  “I’tikaf adalah  berdiam di masjid dengan niat taqarrub kepada Allah SWT pada waktu tertentu pada siang atau malam hari”. (al-Muhalla,V/179). Para ulama salaf telah Ijma’ bahwa I’tikaf, khususnya pada 10 hari terakhir di bulan ramadhan merupakan suatu ibadah yang disyariatkan dan disunatkan oleh Rasulullah saw., sebagaimana beliau senantiasa beri’tikaf pada bulan ramadhan di 10 hari yang terakhir.
                Aisyah, Ibnu Umar, dan Anas Malik sama-sama meriwayatkan bahwa Rasulullah saw., selalu beri’tikaf pada 10 hari terakhir di bulan ramadhan (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini dilakukan beliau saw. Hingga wafat, kecuali pada tahun wafatnya beliau beri’tikaf  selama 20 hari. Demikian juga istri-istri beliau dan juga para sahabat selalu bersemangat melaksanakan ibadah tersebut. Iman Ahmad berkata: “sepengetahuan saya, tidak seorangpun ulama mengatakan i’tikaf bukan sunat”.
                Demikianlah amalan yang dianjurkan oleh Allah dab Rasul-Nya dalam melalui bulan Ramadhan. Puasa bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus, tetapi juga harus mampu menahan diri dari ucapan dan perbuatan yang sia-sia, sebagaimana Umar bin Khaththab berkata: “puasa bukan hanya menahan makan dan minum, tapi juga menahan diri untuk tidak berkata dusta,  berbuat bathil dan tindakan yang sia-sia”. (al-Muhalla, 6/177).
                Oleh karena itu, jika seorang muslim berpuasa tetapi tetap melakukan berbagai kemungkaran, maka puasanya hanya sekedar menahan lapar dan haus saja, tidak bermanfaat sedikitpun baginya untuk meraih predikat taqwa. Nabi saw., bersabda: “Banyak yang berpuasa tetapi mereka tidak dapat apapun kecuali lapar dan haus saja”. (lihat shahih al-Jami’ush Shaghir wa Ziyadatihi, 3/174).
                Marhaban ya Ramadhan, Marhaban ya Syahru Mubarak. Ya Allah, ampunilah dosa kami, dosa kaum mukmin seluruhnya, dan terimalah amalan kami serta jumpakanlah kami dengan Ramadhan yang Mulia. Amin ya Rabbal’alamin.

Dikutip dari Buletin mingguan BKM Masjid Taqwa Muhammadiyah Kota Langsa.
               
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

Tidak ada komentar :